Materi Kultum Hari Selasa 06 Agustus 2
----------------------------------------------------
وَقَالَ
إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِينِ (99) رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
(100) فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلامٍ حَلِيمٍ (101) فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ
مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ
اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (102) فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ (103)
وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ (104) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا
كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (105) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاءُ الْمُبِينُ
(106) وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (107) وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الآخِرِينَ
(108) سَلامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ (109) كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (110)
إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ (111)
“Dan
Ibrahim berkata, “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan
memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk
orang-orang yang saleh.” Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak
yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur
sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai Anakku,
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah
apa pendapatmu!” Ia menjawab, “Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas
pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami
panggillah dia, “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, “sesungguhnya
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu
dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian
yang baik) di kalangan orang-orang yang ating kemudian (yaitu).”Kesejahteraan
dilimpahkan atas Ibrahim.” Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang
yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman”. (QS.
Asshaafat: 99-111)
Penjelasannya :
Nabi Ibrahim Hadir dizamannya Raja Namruz, raja yang
terkenal kejam dan menyembah berhala, termasuk ayahnya Nabi Ibrahim pun
mengikuti jejak Namruz, karna banyaknya kendala dan gangguan nabi Ibrahim saat
berdakwah kepada Umatnya, dan juga ketidak nyamanan nabi Ibrahim saat beribadah
serta kejahatan Raja Namruz sehingganya menghukum nabi Ibrahim dengan cara
membakarnya hidup-hidup, namun Allah selamatkan Ibrahim dari Kobaran api yang
besar. Karena dari peristwa ini nabi Ibrahim memutuskan untuk berhijrah kesuatu
negeri dengan niat agar dapat berdakwah dan beribadah dengan leluasa. Dengan keyakinan
penuh bahwa Allah pasti akan memberikan petunjuk, maka berangkatlah Ibrahim
berhijrah menuju Allah.
Kemudian setelah berjalannya waktu nabi Ibrahim merasa butuh
seorang anak untuk nantinya dapat menggantikan dan meneruskan perjuangannya
(karna memang nabi Ibrahim belum juga dikaruniaii keturunan, sehingganya dalam
doanya “Ya Tuhanku, Anugrahkan kepadaku seorang anak yang termasuk orang-orang
yang sholeh” (dikisahnya Ibrahim berusia 86 th baru dikaruniai anak setelah
menikah dengan Siti Hajar
Dan Allah kabulkan doa Ibrahim dengan dikarunia seorang anak
yang penyantun juga sabar yaitu Nabi Ismail. “Maka Kami beri dia kabar
gembira dengan seorang anak yang amat sabar”.
Namun pada
suatu ketika, tepatnya pada malam 8 Zulhijah Nabi Ibrahim bermimpi
didatangi seseorang yang membawa pesan dari Allah SWT, yang berisi perintah
untuk menyembelih anaknya yakni Ismail. Nabi Ibrahim pun kaget dan muncul
keraguan padanya, apakah perintah itu memang dari Tuhan atau tidak. Pada 8
Zulhijah itu, Nabi Ibrahim merenung mengenai benar
atau tidaknya perintah tersebut. Dikemudian hari, kejadian mimpi ini
diperingati umat Islam dengan mengerjakan puasa sunah hari tarwiyah (hari merenung).
Malam
berikutnya, Nabi Ibrahim kembali mendapat mimpi
yang sama. Pada mimpi yang kedua ini, Nabi Ibrahim semakin
yakin bahwa perintah tersebut memang berasal dari Allah SWT. Oleh karena itu
pada tanggal 9 Zulhijah, umat Islam memperingatinya dengan puasa hari arafah
yang artinya sebagai hari pengetahuan, yakni hari ketika Nabi Ibrahim mengetahui
pesan yang berisi perintah menyembelih anak.
Lalu pada
tanggal 10 Zulhijah, Nabi Ibrahim membawa
Ismail untuk dikurbankan. Ismail pun bersedia dikurbankan, karena meyakini
bahwa perintah itu datangnya dari Allah SWT. Selama di perjalanan, Nabi Ibrahim dan
Hajar (dikisahkan) diganggu setan, yang ingin menggagalkan rencana tersebut.
Mereka kemudian melempari setan yang menggoda dengan batu (Peristiwa ini
diabadikan sehingga dinamakan dengan peristiwa Melontar Jumroh)
Singkat cerita…
Hari
penyembelihan telah tiba namun ternyata parang yang sudah di tajamkan tersebut
menjadi tumpul saat ditempelkan ke Ismail. Nabi Ismail as berkata “Wahai ayahku!
Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku,
cobalah telungkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku”.
Nabi Ibrahim menuruti perkataan putranya tersebut, namun hal itu tidaklah berguna. Parang itu tetap tumpul dan tak mampu sedikit pun menyakiti Nabi Ismail As. Nabi Ibrahim merasa bingung karena gagal melaksanakan tugas yang diembannya, pada saat itu turun wahyu Allah dengan firmannya : “Dan kami panggillah dia : Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpimu itu sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan besar”.
Kemudian sebagai ganti nyawa Nabi Ismail as yang telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim as menyembelih seekor kambing yang telah tersedia disampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh Nabi Ibrahim dengan parang yang tumpul di leher putranya tadi itu.
Di sinilah terungkap bahwa apa yang diperintahkan Allah SWT. Tersebut adalah ujian untuk Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, sejauh mana cinta dan ketaatan mereka terhadap Allah SWT. Nabi Ibrahim as telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pengorbanan putranya untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail as tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam melaksanakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan. Dan mereka membuktikannya, keduanya lulus dari ujian yang sangat berat itu.
Dan inilah
asal permulaan sunnah berQurban yang dilakukan oleh umat islam pada setiap hari
raya Idhul Adha di seluruh dunia.
---------------------------
Dari cerita di atas
semoga kita bisa meneladani sifat Nabi Ibrahim As. Dan Nabi Ismail As. Yang begitu Sabar
taat dan rela berkorban untuk beribadah Allah SWT Tuhan semesta alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar