Minggu, 29 September 2019

Pahala Yang Tidak Ada Hentinya

Materi Kultum Hari Senin 30 September 2019
--------------------------

Rasullah SAW bersabda:
Barangsiapa yang menyampaikan 1 Ilmu saja, dan ada orang yang mengamalkannya, walaupun yang menyampaikannya sudah tidak ada (meninggal dunia), dia akan tetap meperoleh pahala (HR. Bukhori)

Selasa, 24 September 2019

Kisah Siti Mashitoh

Materi Kultum Hari Rabu 25 September 2019
------------------

KISAH SITI MASYITOH

Wanita Mulia Yang Makamnya Harum Semerbak Sahabat kisah ini sudah hampir dilupakan oleh kalangan ummat islam, anak-anak generasi muda saat ini saya yakin mereka tidak pernah dengar kisah yang sangat memberikan inspirasi besar dalam kehidupan, bagaimana keteguhan dan keyakinannya menjadikan ia wanita yang mulia disisi Allah SWT. Siapa wanita mulia tersebut dialah Siti Masyitoh yang hidup pada zaman Fir’aun dan sekaligus menjadi pembantu mengurus anak-anaknya Fir’aun.

“Apa, di dalam kerajaanku sendiri ada pengikut Musa?” Teriak Fir’aun dengan amarah yang membara setelah mendengar cerita putrinya perihal keimanan Siti Masyitoh. Hal ini bermula ketika suatu hari Siti Masyitoh sedang menyisir rambut putri Fir’aun, tiba-tiba sisir itu terjatuh, seketika Siti Masyitoh mengucap Astagfirullah.
Sehingga terbongkarlah keimanan Siti Masyitoh yang selama ini disembunyikannya.

“Baru saja aku menerima laporan dari Hamman, mentriku, bahwa pengikut Musa terus bertambah setiap hari. Kini pelayanku sendiri
ada yang berani memeluk agama yang dibawa Musa.

Kurang ajar si Masyitoh itu,” umpat Fir’aun.

“Panggil Masyitoh kemari,” perintah Fir’aun pada pengawalnya.

Masyitoh datang menghadap Fir’aun dengan tenang. Tidak ada secuil pun perasaan takut di hatinya. Ia yakin Allah senantiasa menyertainya.

“Masyitoh, apakah benar kamu telah memeluk agama yang dibawa Musa?”. Tanya Fir’aun pada Masyitoh dengan amarah yang semakin meledak.

“Benar,” jawab Masyitoh mantap.

“Kamu tahu akibatnya? Kamu sekeluarga akan saya bunuh,” bentak Fir’aun, telunjuknya mengarah pada Siti Masyitoh.

“Saya memutuskan untuk memeluk agama Allah, maka saya telah siap pula menanggung segala akibatnya.”

“Masyitoh, apa kamu sudah gila! Kamu tidak sayang dengan nyawamu, suamimu, dan anak- anakmu.”

“Lebih baik mati daripada hidup dalam kemusyrikan.”

Melihat sikap Masyitoh yang tetap teguh memegang keimanannya, Fir’aun memerintahkan kepada para pengawalnya agar menghadapkan semua keluarga Masyitoh kepadanya.

“Siapkan sebuah belanga besar, isi dengan air, dan masak hingga mendidih,” perintah Fir’aun lagi.

Ketika semua keluarga Siti Masyitoh telah berkumpul, Fir’aun memulai pengadilannya.

“Masyitoh, kamu lihat belanga besar di depanmu itu. Kamu dan keluargamu akan saya rebus. Saya berikan kesempatan sekali lagi,
tinggalkan agama yang dibawa Musa dan kembalilah untuk menyembahku. Kalaulah kamu tidak sayang dengan nyawamu, paling tidak fikirkanlah keselamatan bayimu itu. Apakah kamu tidak kasihan padanya.”

Mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Fir’aun, Siti Masyitoh sempat bimbang. Tidak ada yang dikhawatirkannya dengan dirinya,
suami, dan anak-anaknya yang lain, selain anak bungsunya yang masih bayi. Naluri keibuannnya muncul. Ditatapnya bayi mungil dalam gendongannya.

“Yakinlah Masyitoh, Allah pasti menyertaimu.” Sisi batinnya yang lain mengucap.

Ketika itu, terjadilah suatu keajaiban. Bayi yang masih menyusu itu berbicara kepada ibunya,

“Ibu, janganlah engkau bimbang. Yakinlah dengan janji Allah.” Melihat bayinya dapat berkata-kata dengan fasih, menjadi teguhlah
iman Siti Masyitoh. Ia yakin hal ini merupakan tanda bahwa Allah tidak meninggalkannya.

Allah pun membuktikan janji-Nya pada hamba-hamba-Nya yang memegang teguh (istiqamah) keimanannya. Ketika Siti Masyitoh dan keluarganya dilemparkan satu persatu pada belanga itu, Allah telah terlebih dahulu mencabut nyawa mereka, sehingga tidak merasakan panasnya air dalam belanga itu.

Demikianlah kisah seorang wanita shalihah bernama Siti Masyitoh, yang tetap teguh memegang keimanannya walaupun dihadapkan
pada bahaya yang akan merenggut nyawanya dan keluarganya.

Ketika Nabi Muhammad Saw. isra dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Palestina, beliau mencium aroma wangi yang berasal dari sebuah kuburan.

“Kuburan siapa itu, Jibril?” tanya baginda Nabi.

“Itu adalah kuburan seorang wanita shalihah yang bernama Siti Masyitoh,” jawab Jibril.

Semoga bermanfaat..

Senin, 23 September 2019

Tenatng Hati

Materi Kultum Hari Selasa 24 September 2019
---------------------


Jika hatinya "kotor", seseorang tentu akan berperilaku buruk. Perasaan iri, dengki, sombong dan lain sebagainya akan menghiasi hatinya.

Sebaliknya, jika hatinya bersih seseorang tentu akan terhindar dari penyakit hati dan berperilaku baik. Dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah Muhammad SAW bersabda;

"Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)."

Untuk mendapat hati yang bersih, kita dapat memohon kepada Allah dengan doa ini.

doa hati bersih
Artinya:

" Ya Allah berikan jiwaku ini ketakwaan, sucikan ia, Engkaulah sebaik-baik yang mensucikannya, Engkau penolongnya dan pemiliknya."

Minggu, 22 September 2019

Rabu, 18 September 2019

Kisah Pemuda yang Memberi Minum Seekor Anjing

Materi Kultum Hari Kamis 19 September 2019
-------------------------

Kisah Pemuda yang Memberi Minum Seekor Anjing
Seseorang tidak akan masuk surga karena amal yang dia lakukan, tetapi dia akan masuk surga karena rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Abu Hurairah menceritakan sabda Rasulullah shallallahu alahi wa sallam, “Tidak seorang pun di antara kalian yang akan dibebaskan oleh amalnya.”

Para sahabat bertanya, “Tidak juga engkau wahai Rasulullah?”

Beliau bersabda, “Tidak juga aku, kecuali bila Allah melimpahkan ampunan dan rahmat-Nya kepadaku.” (HR. Muslim)

Dia telah menetapkan atas dirinya kasih sayang, Dia benar-benar akan menghimpun kalian pada Hari Kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. (al-An’am [6]: 12)

Kasih sayang adalah salah satu sebab mendapatkan ampunan Allah subhanahu wa ta’ala.

Abu Shalih as-Samman meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu alahi wa sallam, bersabda, “Ketika seorang laki-laki berjalan menempuh perjalanan yang jauh, tiba-tiba dia merasa haus yang sejadi-jadinya. Tidak lama kemudian dia menemukan sebuah sumur. Dia pun turun memasuki sumur itu dan minum sepuasnya. Kemudian tatkala kembali keluar, ternyata ada seekor anjing menjulurkan lidah dan memakan tanah karena sudah terlalu haus, maka laki-laki itu berkata dalam hatinya, “Anjing ini pasti kehausan sebagaimana yang aku rasakan tadi.” Akhirnya dia kembali memasuki sumur itu dan membuka sepatunya dan diisi air dengan penuh. Untuk mengangkatnya dia terpaksa menggigit sepatu tersebut, setelah sampai di daratan, anjing itu dia beri minum. Anjing itu pun bersyukur kepada Allah, dan orang yang memberi minumnya diampuni.”
Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita akan mendapat pahala bila kita berbuat baik kepada binatang?”

Beliau bersabda, “Berbuat baik kepada setiap yang bernyawa akan membuahkan pahala.” (HR. Bukhari – Muslim)

Senin, 16 September 2019

Pertanyaan yang tidak perlu di jawab

Materi Kultum
Hari Rabu 18 September 2019
-----------------------------
" WUJUD ALLAH TANPA BUKTI "

Ada seorang pemuda yg ingin bertanya sama pak haji arif

Pemuda : apakah bisa menjawab pertanyaan2 saya ?

Pak haji : insya Allah saya akan menjawab pertanyaan anda ?

Pemuda : anda yakin ?, sedangkan profesor & ramai orang pintar tidak mampu menjawab pertanyaan saya

Pak haji : saya akan mencoba sejauh kemampuan saya

Pemuda : saya ada 3 pertanyaan :
1. Kalau memang Allah ada, tunjukan wujud Allah kpd saya
2. Apakah yg dinamakan takdir ?
3. Kalau syaitan diciptakan dari api, kenapa dimasukan keneraka yg dibuat dari api, tentu tdk menyakitkan buat syaitan, sebab mereka memiliki unsur yg sama, Apakah Allah tdk berfikir sejauh itu ?

Tiba2 pak haji menampar pipi pemuda itu dengan keras. PLAAAKKK...

Pemuda : (sambil menahan sakit) kenapa anda marah pada saya ?

Pak haji : saya tidak marah... tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 pertanyaan yg anda ajukan kpd saya

Pemuda : saya sungguh2 tidak mengerti

Pak haji : bagaimana rasanya tamparan saya ?

Pemuda : tentu saja saya merasakan sakit

Pak haji : jadi anda percaya bahwa rasa sakit itu ada ?

Pemuda : ya !

Pak haji : tunjukan pada saya wujud sakit itu !

Pemuda : saya tidak bisa

Pak haji : itulah jawaban pertanyaan pertama, kita semua merasakan wujud Allah tanpa mampu melihat wujudnya.
Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya

Pemuda : tidak

Pak haji : apakah pernah terfikir oleh anda akan menerima tamparan dari saya hari ini ?

Pemuda : tidak

Pak haji : itulah yg di namakan takdir.
Terbuat dari apa tangan yg saya gunakan utk menampar anda ?

Pemuda : kulit

Pak haji : terbuat dari apa pipi anda ?

Pemuda : kulit

Pak haji : bagaimana rasanya tamparan saya ?

Pemuda : sakit

Pak haji : walaupun syaitan dijadikan dari api & neraka juga terbuat dari api, jika Allah menghendaki maka neraka akan menjadi tempat yg menyakitkan untuk syaitan...

Subhanallah...

Kisah Syeh Abdul Qodir (Adab Pada Guru)

Materi Kultum
Hari Selasa 17 September 2019

ADAB PADA GURU

Ini kisah di zaman Syekh Abdul Qadir Al-Jailani ketika ada seorang yang busuk hatinya ingin menfitnah Syekh Abdul Qadir, lalu org tsb berupaya mencari jalan untuk menfitnahnya..
Maka ia membuat lubang di dinding rumah Syekh Abdul Qadir dan mengintipnya..

Kebetulan ketika ia mengintip Syekh Abdul Qadir.. ia melihat Syekh Abdul Qadir sedang makan dengan muridnya..

Syekh Abdul Qadir suka makan ayam..
dan setiap kali ia makan ayam dan makanan yang lain.. ia akan makan separuh sahaja.. Dan lebihan makanan tersebut akan diberi kepada muridnya..

Maka orang tadi pergi kepada bapak murid Syekh Abdul Qadir tadi..

Bpk punya anak yg namanya ini?

Jawab si bapak: ya ada..

Apa benar anak bpk belajar kpd Syekh Abdul Qadir?

Jawab si bapak: ya.

Bpk tahu, anak Bpk diperlakukan oleh Syekh Abdul Qadir Jailani seperti seorang hamba sahaya atau kucing saja.. Syekh Abdul Qadir beri lebihan sisa  makanan pada anak Bpk...

Maka si bapak tidak puas hati lalu ke rumah Syekh Abdul Qadir, serta berkata keras kpd Syekh...

"Wahai tuan Syekh, saya menghantar anak saya kepada tuan Syekh bukan untuk jadi pembantu atau dilakukan seperti kucing..
Saya hantar kepada tuan Syekh, supaya anak saya jadi alim ulama'.."

Syekh Abdul Qadir hanya jawab ringkas saja..
"Kalau begitu ambillah anakmu.."

Maka si bapak tadi sgera mengambil anaknya untuk pulang..
Ketika keluar dari rumah Syekh menuju jalan pulang.., bapak tadi bertanya pada anaknya beberapa hal mengenai ilmu hukum syariat ... ternyata kesemua soalannya dijawab dengan betul..

Maka bapak tadi berubah fikiran untuk kembalikan anaknya kepada tuan Syekh Abdul Qadir..

"Wahai tuan Syekh terimalah anak saya untuk belajar dengan tuan kembali...
Tuan didiklah anak saya..
Ternyata anak saya bukan seorang pembantu dan bukan juga diperlakukan seperti kucing...
Sy melihat ilmu anak sy sangat luar biasa bila bersamamu.."

Maka jawab tuan Syekh Abdul Qadir..
"Bukan aku tidak mau menerimanya kembali.. tapi ALLAH sudah menutup pintu hatinya untuk menerima ILMU..
ALLAH sudah menutup futuhnya untuk mendapat ilmu..
disebabkan seorang AYAH yang tidak beradab kepada GURU..
maka anak yang menjadi korbannya.."
....

Begitulah ADAB dalam menuntut ilmu..

Anak, Ibu, ayah dan siapa pun perlu menjaga adab kepada Guru..

Betapa pentingnya adab dalam kehidupan seharian kita..

Kisah di atas menceritakan seorang ayah yang tiada adab pada guru..

Bagaimana kalau diri sendiri yang tiada adab, memaki dan menghinakan Gurunya..

Kata ulama: Satu perasangka buruk saja kepada Gurumu..
maka Allah haramkan seluruh keberkahan yang ada pada Gurumu kepadamu..

Semoga Allah jadikan kita orang yang beradab kepada sesama makhluknya, terlebih lagi kepada Guru yang telah mengajarkan ilmu dan hikmah kepada kita... Aamiin..🤲

Semoga manfaat

Rabu, 11 September 2019

Tiga Cara Sederhana Menjadi Pribadi Seperti Rasulullah

Materi Kultum Hari Selasa - Rabu 10-11 September 2019
-----------------------------

Sebagai muslim, tentunya Rasulullah adalah cerminan utama untuk menjalani hidup. Baik dalam hal ibadah maupun tingkah laku kita sehari-hari, apalagi berhubungan dengan orang lain. Tentu, kita tidak mau dong, orang lain berprasangka buruk terhadap agama kita seperti  terorisme ataupun islamophobia yang merebak di Barat.
Walaupun harus kita sadari, tentu saja, sebagai manusia biasa tentu kita tidak akan pernah bisa  100 persen meniru pribadi Rasulullah.  Tapi paling tidak, kita bisa mendekati cara yang beliau lakukan hingga menjadi sosok panutan di seluruh dunia (uswah hasanah).

Pertama, mengutamakan Akhlak. Ketika kebobrokan akhlak merajalela, maka diutuslah seorang nabi untuk mengatasinya. Dalam konteks Arab—tempat kelahiran Nabi,  memang terjadi dekadensi moral yang luar biasa: anak-anak perempuan dikubur hidup-hidup, perebutan kekuasaan antar kabilah dan pelbagai penindasan yang dialami oleh khalayak kecil dan lain-lain.
Untuk itulah, diangkatnya Muhammad menjadi nabi  supaya menjadi teladan (uswah hasanah) dan mengajari cara menjadi manusia, yang memanusiakan manusia lainnya.  Lebih dari itu, misi nabi untuk menyempurnaan akhlak tidak terbatas kepada bangsa Arab belaka, tapi seluruh umat manusia. Untuk itu, sudah selayaknya kita sebagai umat Muhammad senantiasa menyebarkan islam ramah.
Satu hal yang perlu dicermati, menurut Prof. Nadirsyah Hosen, tugas utama diutusnya Nabi Muhammad SAW ke bumi bukanlah menaklukkan dunia maupun mengislamkan seluruh umat manusia. Lebih dari itu, misi utama nabi adalah menebar rahmat dan menyempurnakan akhlak manusia

Terkait hal ini, banyak sekali kok hadis yang menyatakan bagaimana akhlak ini menjadi tujuan utama, seperti dua hadis berikut:
نما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang sholeh”. (HR: Bukhari dalam shahih Bukhari kitab adab, Baihaqi dalam kitab syu’bil Iman dan Hakim).
Kedua, lebih mementingkan orang lain dibanding diri sendiri. Hal ini merupakan cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk setidaknya meniru Nabi.  Banyak sekali hal-hal kecil  di keseharian yang bisa kita lakukan, misalnya, tidak menyerobot dalam sebuah antrian, mendahulukan orang yang lebih tua dalam kendaraan umum dan lain, turut serta meramaikan masjid di sekitar rumah dan sebagainya. Walaupun kecil, tapi hal-hal itu bisa membuat kita menjadi pribadi yang berguna, seperti kata Nabi.
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

 “Orang yang paling dicintai olehAllah ‘Azza wa jalla adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada oranglain. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abid-Dunya dengan sanad hasan)
Ketiga, senantiasa belajar. Nabi Muhammad terlahir sebagai seorang Ummi (buta huruf) tapi itu tidak menghalanginya untuk senantiasa belajar. Banyak sekali anjuran untuk senantiasa belajar dan bagaimana Allah meninggikan orang berilmu (QS Almujadilah/58;11) dan cara ni yang bisa lebih mendekatkan diri kita kepada nabi. Bahkan, beliau membuat analogi, barang siap yang teguh belajarnya, maka sesungguhnya sudah mendekati beliau.
عَنِ الْحَسَنِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ جَاءَهُ الْمَوْتُ وَهُوَ يَطْلُبُ الْعِلْمَ لِيُحْيِيَ بِهِ الْإِسْلَامَ فَبَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّبِيِّينَ دَرَجَةٌ وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ
Rasulullah bersabda: Siapa yang meninggal dan ia sedang mencari ilmu untuk mengembangkan ajaran Islam, maka antara dia dan Rasulullah satu tingkatan saja di surga.

Itulah tiga cara sederhana. Tentu tidak sulit, bukan dilakukan? Tinggal kita mau melakukannya atau tidak.

Minggu, 08 September 2019

Dalil Tentang Baiknya Berbuat Jujur

Materi Kultum Hari Senin 09 September 2019
--------------------------------

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ
Artinya: “Tanda orang munafik itu ada tiga, jika berkata dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika diberi amanah dia khianati.” (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Bagaimana membedakan antara orang jujur dengan orang yang munafik? Jawabannya seperti hadist Rasulullah di atas, yaitu bahwa orang munafik itu tanda-tanda yang ada pada dirinya itu ada tiga; 1) Setiap kali ia berkata selalu ada dusta di dalam perkataannya, 2) tidak menepati janji, ijika dia berjanji sesuatu kepada orang lain, 3) melakukan perbuatan khianat terhadap amanah yang diberikan kepadanya.

 أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم – مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيهَا فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ بَلَلاً فَقَالَ مَا هَذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ. قَالَ أَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ أَفَلاَ جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَىْ يَرَاهُ النَّاسُ مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّى
Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya, “Apa ini wahai pemilik makanan?” Sang pemiliknya menjawab, “Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami. (H.R. Muslim)

Rasulullah bersabda bahwa setiap orang yang melakukan tipu daya kepada orang lain, bukan termasuk dalam golongannya, yaitu golongan orang-orang Mukmin. Sehingga dalam melakukan apapun, baik itu dalam hal ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya, kita dituntut untuk jujur. Karena “berkata yang hak walaupun itu pahit” lebih baik dari pada “berdusta dengan kata-kata yang manis” 

الثَّاني : عَنْ أبي مُحَمَّدٍ الْحَسنِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ أبي طَالِبٍ ، رَضيَ اللَّهُ عَنْهما ، قَالَ حفِظْتُ مِنْ رسولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : دَعْ ما يَرِيبُكَ إِلَى مَا لا يَريبُكَ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمأنينَةٌ، وَالْكَذِبَ رِيبةٌ » رواه التِرْمذي وقال : حديثٌ صحيحٌ .
قَوْلُهُ : « يرِيبُكَ » هُوَ بفتحِ الياء وضَمِّها ، وَمَعْناهُ : اتْرُكْ ما تَشُكُّ في حِلِّه ، واعْدِلْ إِلى مَا لا تَشُكُّ فيه .
Artinya: Kedua:  Dari Abu Muhammad Al Hasan Bin Ali ra., Ia Berkata Aku menghafal hadits dari rasulullah saw., Yaitu: “Tinggalkanlah olehmu apa saja yang kamu ragukan dan beralihlah kepada yang tidak kamu ragukan,Sesungguhnya Kejujuran itu ketenangan dan Kedustaan itu kebimbangan”(H.R. Tirmidzi)

Kamis, 05 September 2019

Rabu, 04 September 2019

KESALAHAN SAAT MENJADI MAKMUM MASBUQ

Materi Kultum Hari Selasa 03-05 September 2019
-------------------------------------

Di antara kesalahan yang kita jumpai berkaitan dengan makmum masbuq dan mereka menjumpai imam -misalnya- dalam keadaan ruku’ atau sujud adalah mereka langsung menyusul gerakan imam tanpa melakukan takbiratul ihram terlebih dahulu. Ini adalah sebuah kesalahan karena shalat dimulai dari takbiratul ihram yang merupakan bagian dari rukun shalat.
Bisa jadi hal ini juga karena mereka salah paham terhadap sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘amhu, beliau menceritakan,
“Ketika kami sedang shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba terdengar suara gaduh orang-orang. Ketika selesai shalat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya,
مَا شَأْنُكُمْ؟
“Ada apa dengan kalian tadi?”
Para sahabat menjawab,
اسْتَعْجَلْنَا إِلَى الصَّلاَةِ
“Kami terburu-buru untuk shalat.” (karena terlambat, pent.)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda,
فَلاَ تَفْعَلُوا إِذَا أَتَيْتُمُ الصَّلاَةَ فَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ، فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا
“Jangan kalian lakukan. Jika kalian datang menuju shalat, datangilah (berjalanlah) dengan tenang. Apa yang kalian dapati (dari gerakan imam, pent.), maka ikutilah. Dan apa yang kalian tertinggal, maka sempurnakanlah.” (HR. Bukhari no. 635 dan Muslim no. 602)

Yang mereka pahami dari perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Apa yang kalian dapati (dari gerakan imam), maka ikutilah” adalah “jika imam ruku’, maka kita langsung ruku’” atau “jika imam sujud, maka kita langsung sujud” dan demikian seterusnya.
Pemahaman ini adalah pemahaman yang keliru, karena suatu hadits tentunya dipahami berdasarkan pemahaman terhadap dalil-dalil yang lainnya.
Dalil dari hadits lainnya menunjukkan bahwa shalat dimulai dari takbiratul ihram yang merupakan rukun shalat.
Di antaranya adalah perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang keliru (salah) dalam shalatnya,
إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ، فَكَبِّرْ
“Jika Engkau berdiri mengerjakan shalat, bertakbirlah … “ (HR. Bukhari no. 793)
Dalam riwayat yang lain,
إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَأَسْبِغِ الوُضُوءَ، ثُمَّ اسْتَقْبِلِ القِبْلَةَ فَكَبِّرْ
“Jika Engkau berdiri mengerjakan shalat, sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadaplah ke arah kiblat dan bertakbirlah.” (HR. Bukhari no. 6251)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ، وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ، وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ
“Kunci shalat adalah bersuci, dimulai dengan takbir, dan diakhiri dengan salam.” (HR. Abu Dawud no. 61 dan Tirmidzi no. 3, dinilai shahih oleh Al-Albani)

Kesimpulan, jika kita terlambat shalat berjamaah, dan imam sudah dalam posisi ruku’, sujud atau posisi yang lainnya, maka hendaknya kita berjalan memasuki masjid dengan tenang, tidak boleh berjalan cepat yang membuat suara gaduh. Setelah berada di shaf jamaah, takbiratul ihram dengan mengangkat kedua tangan dalam posisi masih tegak berdiri, setelah itu baru menyusul gerakan (posisi) imam.

Kesalahan: Takbiratul ihram dalam posisi setengah membungkuk karena hendak ruku’ atau sujud
Takbiratul ihram tersebut harus dalam posisi tegak berdiri, bukan setengah membungkuk atau bahkan sambil ruku’ atau yang lainnya karena terburu-buru untuk ruku’ atau sujud. Ini adalah di antara kesalahan yang umum kita jumpai di masjid-masjid kaum muslimin.
Syaikh Masyhur Hasan Salman hafidzahullahu Ta’ala menjelaskan,
ومن أخطاء المسبوقين في صلاة الجماعة : أن ينشغل عن تكبيرة الإحرام في القيام ، طمعاً في إدراك الركوع مع الإمام ، لكي يلحق الركعة ، فيأتي بالتكبيرة وهو نازل للركوع
“Di antara kesalahan makmum masbuq dalam shalat jama’ah adalah: dia terlalu cepat melakukan takbiratul ihram ketika berdiri, karena ingin mendapati ruku’ bersama imam sehingga bisa mendapatkan hitungan satu raka’at bersama imam. Sehingga dia pun takbiratul ihram dalam keadaan mulai merunduk untuk ruku’.” (Al-Qaulul Mubiin fi Akhta’i Al-Mushallin, hal. 255)
Beliau hafidzahullahu Ta’ala kemudian menjelaskan,
وقد صرّح جمهور الفقهاء على وجوب الإتيان بتكبيرة الإحرام في القيام
“Mayoritas ulama fiqh telah menjelaskan bahwa mengerjakan takbiratul ihram dalam posisi tegak berdiri itu hukumnya wajib.” (Al-Qaulul Mubiin fi Akhta’i Al-Mushallin, hal. 256)

Apakah perlu bersedekap terlebih dahulu sebelum ruku’ atau sujud?

Setelah takbiratul ihram, apakah perlu bersedekap (meletakkan kedua tangan di dada) terlebih dahulu lalu langsung menyusul ruku’ atau sujud?
Berdiri setelah takbiratul ihram dan juga bersedekap dimaksudkan untuk membaca surat Al-Fatihah. Ketika kita mendapati imam sudah ruku’ atau sujud, maka setelah takbiratul ihram tidak ada kewajiban berdiri, sehingga otomatis tidak perlu bersedekap.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,
أن الفاتحة تسقط عمن أدرك الإمام راكعاً، لأنه لم يدرك القيام الذي هو محل القراءة لكنها لا تسقط عنه في بقية الركعات.
“(Membaca) surat Al-Fatihah itu gugur bagi orang-orang (yang datang terlambat) yang mendapati imam dalam keadaan ruku’. Hal ini karena dia tidak mendapati posisi berdiri yang merupakan tempat untuk membaca (Al-Fatihah). Akan tetapi, (membaca Al-Fatihah) ini tidak gugur darinya di rakaat sisanya.” (Majmu’ Fataawa wa Rasail Ibnu ‘Utsaimin, 13: 98)
Syaikh Masyhur Hasan Salman hafidzahullahu Ta’ala menjelaskan,
ولا داعي لما يفعله بعض المصلّين من وضع اليد اليمنى على اليسرى بعد تكبيرة الإحرام و قبل النزول للركوع ، إذ وضع اليدين حال القراءة ، ولا قراءة في هذه الحالة
“Tidak ada kebutuhan (tidak perlu) untuk meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri setelah takbiratul ihram dan sebelum turun menuju ruku’, seperti yang dilakukan oleh sebagian orang shalat. Hal ini karena meletakkan dua tangan (di dada) adalah posisi yang diperuntukkan dalam rangka membaca (Al-Fatihah).Sedangkan dalam kondisi tersebut, dia tidak membaca Al-Fatihah (karena langsung ruku’, pent.).” (Al-Qaulul Mubiin fi Akhta’i Al-Mushallin, hal. 257)

Apakah setelah takbiratul ihram, perlu takbir lagi untuk ruku’ atau sujud?

Syaikh Ibnu Baaz rahimahullahu Ta’ala ditanya, “Jika seorang makmum datang dalam kondisi imam sedang berada dalam posisi ruku’, apakah dia bertakbir takbiratul ihram ataukah bertakbir untuk ruku’ (takbir intiqal)?
Beliau rahimahullahu Ta’ala menjawab,
الأولى و الأحوط أن يكبر التكبيرتين : إحداهما : تكبيرة الإحرام ، وهي ركن ، ولا بدّ أن يأتي بها وهو قائم . والثّانية : تكبيرة الركوع ، يأتي بها حين هويه إلى الركوع

فإن خاف فوت الركعة ، أجزأته تكبيرةُ الإحرام في أصح قولي العلماء ، لأنهما عبادتان اجتمعتا في وقت واحد ، فأجزأت الكبرى عن الصغرى ، وتجزىء هذه الركعة عند أكثر العلماء

“Yang lebih baik dan lebih hati-hati adalah dia bertakbir dua kali, takbir pertama adalah takbiratul ihram yang merupakan rukun shalat, dan harus dikerjakan dalam posisi tegak berdiri. Takbir kedua adalah takbir untuk ruku’ (takbir intiqal), yang dia kerjakan dalam posisi merunduk menuju ruku’.
Apabila dia khawatir tertinggal raka’at (dengan dua kali takbir, pent.), maka dia cukup takbiratul ihram menurut pendapat yang paling kuat dari dua pendapat ulama dalam masalah ini. Karena dua takbir ini adalah ibadah yang terkumpul dalam satu waktu, sehingga takbir yang lebih besar (yaitu takbiratul ihram) sudah mencukupi dari takbir yang kecil (yaitu takbir untuk ruku’). Dan raka’at tersebut dianggap mencukupi (sah) oleh mayoritas ulama.” (Majmu’ Al-Fataawa, 1: 55) [1]



Demikianlah seklumit bahasan mengenai Makmum yang Masbuk

Besok akan kita bahas lagi.

Senin, 02 September 2019

ISTIDROJ

Materi Kultum Hari Senin 2 September 2019
--------------------

*"APA ITU  ISTIDROJ ?"*

ISTIDROJ  itu adalah  Azab
Yang Diundur Undur Oleh  ALLOH ﷻ,
Namun ALLOH  ﷻ Tetap Memberikan Kita :

1). HARTA YANG BERLIMPAH;
     Padahal Tidak Pernah Bersedekah.

2). REZEKI  BERLIPAT-LIPAT;
     Padahal Jarang Sholat,
     Tidak Senang pada Nasihat Ulama,
     dan Terus Berbuat Maksiat..

3). DIKAGUMI, DIHORMATI;
     Padahal Akhlak gak baik..

4). DIIKUTI, DITELADANI dan DIIDOLAKAN;
     Padahal Bangga Mengumbar Aurat
     Dalam Berpakaian..

5). SANGAT JARANG DIUJI  SAKIT;
     Padahal Dosa-Dosa Menggunung

6). TIDAK PERNAH DIBERIKAN MUSIBAH;
      Padahal Gaya  Hidupnya  Sombong,
     Meremehkan Manusia,
     Angkuh..

7). ANAK-ANAK  SEHAT-SEHAT,
      CERDAS-CERDAS;
      Padahal Diberikan  Makan
      Dari Harta Hasil Yang Haram
      (Menipu, Korupsi, Riba', dll )..

 8. HIDUP BAHAGIA PENUH CANDA TAWA;
      Padahal,  Banyak Orang Karenanya
      Ternoda dan Terluka.

  9. KARIRNYA TERUS MENANJAK;
       Padahal  Banyak Hak Orang
       Yang Diinjak-Injak..

 10. SEMAKIN TUA SEMAKIN  MAKMUR;
       Padahal Berkubang Dosa
       Sepanjang Umur..

Hati-Hati, Karena itulah
yang Dinamakan  ISTIDROJ.

RENUNGKAN  AYAT INI

ALLOH ﷻ berfirman:

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

Artinya:
"Maka Tatkala Mereka Melupakan Peringatan yang telah diberikan kepada mereka,
KAMI pun Membukakan Semua Pintu-Pintu Kesenangan Untuk Mereka;
Sehingga apabila Mereka Bergembira
Dengan Apa yang Telah Diberikan
Kepada Mereka, KAMI Siksa Mereka
Dengan Sekonyong-Konyong,
maka ketika itu mereka terdiam berputus asa."
(QS. AL-'AN'ĀM : 44 )

ROSULULLOH ﷺ bersabda:

إِذَا رَأَيْتَ اللّهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ، فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ

"Jika Kamu Melihat ALLOH Memberikan Dunia Kepada Seorang Manusia Pelaku Maksiat,
Dengan Sesuatu YANG ia (pelaku maksiat) Sukai,
Maka Sesungguhnya Itu adalah ISTIDROJ."
 (HR. AHMAD )

Maka Jangan Silau Dengan Kesuksesan
dan Kemegahan Yang Ditampilkan Seseorang.. !!!
Maka Waspadalah.. !!!
Bisa Jadi Dia Sedang Mengalami ISTIDROJ.

Dan pada Saatnya Nanti,  ALLOH ﷻ,
Tiba-Tiba  Mencabut Semua Kenikmatan itu, Tanpa Dia Sadari. !!!

Sebagai Orang Beriman yang Dikasihi ALLOH ﷻ
maka ALLOH ﷻ akan Selalu Menjaga Kita
dari Segala Kemaksiatan,
Tidak Dibiarkan Dalam Kesesatan. !

Jadi kalau kita sudah Beramal Sholeh,
Namun Kita Masih Diberi Ujian / Cobaan,
Maka Itulah Tanda Kasih Sayang ALLOH ﷻ, pada Hamba-Hamba-NYA,
Berupa Keringanan Dosa dan Menuju Ampunan-NYA.

SEMOGA KITA SELAMAT DARI  ISTIDROJ.
AAMIIN  YAA  ROBBAL  AALAMIIN.

SENIN 30 SEPTEMBER - KAMIS 3 OKTOBER 2024 - ALL CLASS VII - KISI-KISI STS TAHSIN/TAHFIDZ

GURU MAPEL : AMIN NURROHIM, S.Pd.I SMP AL AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG CLASS : 7A, 7B, 7C dan 7D MAPEL : TAHSIN/TAHFIDZ SENIN 30 SEPTEMBER 2024: J...